Citra Subaltern, Comprador, Subaltern, Comprador, Subaltern, Comprador dan Ambivalence dalam Novel-novel Jong Chian Lai: Analisis Studi Budaya The Image of Subaltern, Comprador, Subaltern, and Ambivalence in Jong Chian Lai's Novels: An Analysis of Cultural Studies

Main Article Content

Mohamad Saleeh Rahamad

Abstract

Works of literature do not exist in vacumn. Rather, they are inspired by society, and are created for society. Through literary works, a writer shares his society’s aspirations, while also sharing his paradigm with them. This is, in fact, the focal point of Cultural Studies, that is, how the social world is constructed and represented. Members of society with an affi nity for literary works are hegemonically infl uenced and controlled by literary devices employed to subjugate the readers’ own reading of society. This paper delves into two novels by Jong Chian Lai Gugurnya Langit Hij au Nanga Tiga and Pindah, and discusses the power struggle between superiors and subordinates. The analysis uncovers an obstinate paradigm of power play. In this power struggle, Jong highlights the clash between subaltern (subordinate) forces and dominant (superior) forces by making heard subaltern voices, and burying traditionally dominant voices. Nonetheless, Jong’s paradigm does not defend the dicotomy or the binary clash between these two parties. Instead, he calls into place two imageries that are entertwined, ambivalence and comprador, that allow the hegemonic control of the subaltern.


Karya sastera tidak wujud secara kosong. Sebaliknya, mereka diilhamkan oleh masyarakat, dan diciptakan untuk masyarakat. Melalui karya sastera, seorang penulis berkongsi aspirasi masyarakatnya, sambil berkongsi paradigma dengan mereka. Sebenarnya, ini adalah titik fokus Pengajian Budaya, iaitu bagaimana dunia sosial dibina dan diwakili. Anggota masyarakat yang mempunyai kepentingan untuk karya sastera dipengaruhi secara hegemoni dan dikendalikan oleh alat sastera yang digunakan untuk menundukkan pembacaan masyarakat pembaca sendiri. Makalah ini membahas dua novel karya Jong Chian Lai Gugurnya Langit Hij au Nanga Tiga dan Pindah, dan membincangkan perebutan kuasa antara atasan dan bawahan. Analisis ini menunjukkan paradigma keras kepala permainan kuasa. Dalam perebutan kuasa ini, Jong menyoroti pertembungan antara kekuatan subaltern (bawahan) dan kekuatan dominan (unggul) dengan membuat suara subaltern yang terdengar, dan menguburkan suara dominan secara tradisional. Walaupun demikian, paradigma Jong tidak mempertahankan dikotomi atau pertembungan perduaan antara kedua-dua pihak ini. Sebagai gantinya, dia memanggil dua gambaran yang terjalin, ambivalen dan komplador, yang memungkinkan kawalan hegemoni subaltern.

Downloads

Download data is not yet available.

Article Details

Section
Articles

Most read articles by the same author(s)

1 2 > >>